“Ketika Orang-Orang Tua Bercakap-cakap”

Rabu, 16 November 2011

| | | 0 komentar

“Hanya tinggal saya sendiri, yang lain sudah habis” Kata Bapak berambut putih itu ketika kawannya bertanya perihal kabar beberapa orang sahabat lama.

Induak bareh bagaimana keadaannya?” Bapak berambut putih balas bertanya.

“Sudah  lima tahun” kata sang kawan ringan, lalu kemudian tertawa.

“Inna lillah!” kata bapak berambut putih.

Obrolan kedua pensiunan polisi itu berlanjut akrab disela-sela antrian pengunjung kantor pajak yang bertumpuk. Kenangan masa lalu tampak sangat indah untuk dibicarakan oleh dua orang tua ini.

“Sekarang tinggal kita berdua yang seangkatan” kata bapak berambut putih.

Kisah Idul Adha (3) : Jadi Khatib (dan orang suci)

Selasa, 08 November 2011

| | | 0 komentar

Menurutku para khatib adalah orang-orang yang dipilih Tuhan untuk menyampaikan pesan-pesanNya. Maka, jikalau kawan pembaca tak diundang menjadi khatib atau penceramah, artinya Tuhan belum berkehendak, alasannya cari saja sendiri. Sebaliknya, jikalau diundang untuk memberikan khutbah atau ceramah, maka penuhilah dengan sepenuh hati, siapkan diri sebaiknya, siapkan ayat, juga hadisnya, jangan sampai asal-asalan atau malah menyesatkan. Jangan lupa, terima saja amplopnya jikalau usai khutbah dan ceramah, tentunya seraya mengucapkan terima kasih. He he he he.

Kisah Idul Adha (2) :Dua Belas Sapi (setelah dua belas tahun penantian) dan Satu Kambing.

| | | 0 komentar

Judul di atas adalah track record penyembelihanku untuk ternak kaki empat. Aku senang dengan rekor ini. Ketika aku membanggakan record ini dihadapan istri, ia menjuluki diriku “tukang jagal”, untuk julukan ini jelas saja aku tak senang sama sekali.

Jumlah di atas adalah catatan untuk dua tahun. Ya, tahun kemarenlah pertama kalinya dalam hidup, aku harus menyembelih ternak berkaki empat. Saat itu sebanyak tiga ekor sapi dan satu ekor kambing. Sebenarnya ada empat ekor sapi, tapi baru sampai sapi ke tiga, tanganku tak lagi punya daya (mungkin karena kesempatan pertama), aku menyerahkannya kepada yang lain. Pasti sapi keempat itu tak beruntung, karena ia melewatkan kesempatan satu-satunya dimana ia disembelih oleh seorang yang suka menulis. He he he he.

Kisah Idul Adha (1) Bacaan Arab (yang menakutkan)

| | | 0 komentar

Ketika sedang menikmati sarapan pagi, tiba-tiba mertua datang tergopoh-gopoh. Ia mengabarkan bahwa orang yang sedianya menyembelih sapi korban urung datang, entah apa sebabnya. Pendek kata, aku diminta untuk melakukan penyembelihan. Aku menyanggupi tapi sekaligus heran, tidak adakah orang lain di kampung ini yang mampu menyembelih, mengingat urusan sapi bisa dikatakan sudah jadi urusan sehari-hari mereka. Buktinya, baru saja penyembelihan dilakukan, para penduduk bekerja sangat cekatan, seluruh jenis pisau mereka punya, maka tak heran kalau mereka berhasil bekerja dalam waktu yang tak lama.

“Marah Pertama Untuk si Kecil”

Rabu, 02 November 2011

| | | 0 komentar

Akhirnya saat dramatis itu datang juga, yaitu ketika aku –sebagai seorang ayah- untuk pertama kalinya harus marah kepada anakku yang –setidaknya menurutku- berwajah manis. Kanak berumur 2,5 tahun itu sudah saatnya “tahu” yang benar dan yang salah, yang patut dan tak patut, apalagi esoknya ia akan tumbuh menjadi seorang perempuan. Marah ini sangat diperlukan setelah nasehat-nasehat sebelumnya tak ia turuti dengan baik. Dia kan masih belum “tahu” apa-apa? Ya, memang saat ini si kecil belum sepenuhnya punya kesadaran diri, tapi bukankah dalam ketidak tahuan, dalam ketidak-sadaran itu, aku bisa menanamkan kebiasaan baik, agar suatu hari, ketika sampai masanya dia sadar dan “sudah berakal”, ia menemukan dirinya terbiasa dengan segala  hal yang baik dan patut untuk dilakukakan. Jadi, pada masa depan ia tak kesulitan lagi untuk hal ini.