N-A-M-A

Sabtu, 25 Juni 2011

| | | 0 komentar

What’s a name! Apalah arti sebuah nama! Inilah quote paling terkenal seantero jagad. Kalau saja kata-kata ini berwujud seorang penyanyi, maka ia adalah sosok seorang Michael Jackson. Jika ia adalah binatang, maka ia adalah rombongan penguin antartik, atau jika tumbuhan, maka ia adalah sebutir apel merah. Begitu legendaris bagai berlian dari pedalaman Afrika. Maka adalah wajar kalau quote ini menjadi begitu terkenal karena terlihat indah, ringan, dan yang paling penting sangat ringkas, hingga tak perlu IQ tinggi untuk menghapalkannya. Ya, jika masih hidup, William Shakespeare boleh berbangga hati bahwa quote gubahannya menjadi sangat terkenal dan legendaris. Sayangnya ia telah lama mati, dan entah bagaimana keadaannya di alam barzakh sana.
Tinggalkan dulu quote gubahan Shakespeare itu.

“TRANSFORMASI HINGGA AJAL”

Rabu, 22 Juni 2011

| | | 0 komentar
Namanya sungguh cantik ; Annona Muricata Linn. Jikalau kawan agak payah mengingat dan merapalkan nama unik tersebut, cukup panggil saja ia dengan sebutan “sirsak”, boleh juga dipanggil “durian lando” atau “durian balando”. Terserah mana yang nyaman, yang jelas kata “sirsak” berasal dari sebuah kata bahasa Belanda ; “zuursak” alias kantong asam. Sementara itu, “durian lando” adalah kata warisan nenek moyang. Keduanya sama saja, selain merujuk pada buah yang sama, mereka juga sama-sama berbau Belanda yaitu kaum kumpeni yang pernah menjajah nenek moyang kita habis-habisan. Overdome! 

Tiada yang istimewa dari sirsak. Kehadirannya tak pernah ditunggu-tunggu seperti durian. Kalau disimpan cepat busuk. Walau nama latinnya indah, nama indonesianya agak janggal, bunyi “sak” pada akhir kata mengingatkan pada toko bangunan ; semen satu sak!. Buah ini tiada pula diberi julukan hebat seperti buah manggis yang kerap disebut sebagai “queen of fruit”. Batang dan daunnya seperti bagian semak tak berguna saja ; tidak lebat dan rimbun seperti dadok, tidak tinggi seperti jati. Terlebih bagiku pribadi, pertama kali mengenal sirsak alias durian lando itu kesannya sungguh tidak baik. Kenal sirsak pertama kali pada waktu kecil dahulu adalah dari halaman belakang rumah tetangga. Malangnya si bapak pemilik sirsak adalah orang yang agak tak ramah dengan kanak-kanak. Ditambah lagi si bapak-ganas itu berkepala colak licin dan berkumis tebal hitam pekat. Bagi kami para kanak-kanak, wajah semacam itu dipadukan dengan sikap tak ramah membuat si pemiliknya setingkat lebih menakutkan dari hantu pocong! Oleh karena itu, kadangkala sirsak mengingatkan pada wajah bapak-ganas-berkepala-colak, seperti saat menulis ini. Trauma masa kecil.

“Kucing Jantan Senior” (lagi-lagi tentang kucing)

Senin, 06 Juni 2011

| | | 0 komentar
Manusia hidup dengan akal pikiran. Segala sesuatu yang dilakukannya adalah hasil dari pertimbangan-pertimbangan pikiran, apakah pertimbangan itu matang, setengah matang, atau mentah sama sekali. Jika ada seseorang yang sukses, maka tak ada salahnya kita mengagumi sosoknya itu, karena kesuksesannya itu lahir dari proses berpikir keras diiringi kerja cerdas plus ada formula tahan banting yang telah ia rumuskan di alam pikirannya. Jika ada seseorang yang kerjanya hanya mengacau saja, minta-minta uang di jalan rusak sambil berlagak memperbaiki jalan itu atau memaksa uang parkir di masjid setelah shalat Jumat, maka orang-orang seperti ini pantas untuk disesali keberadaannya. Karena mereka telah memutuskan menjadi sampah, terlepas keputusan itu dipertimbangkan dengan matang atau sambil lalu saja.

Jika laku tirakat manusia adalah hasil akhir dari apa yang mereka pikirkan, maka tidak demikian dengan binatang. Binatang menampilkan laku hidup berdasarkan insting permberian Tuhan. Binatang tak bisa memutuskan, hanya menjalani saja. Harimau tak pernah memilih untuk menjadi predator buas pemakan daging. Kambing tak bisa menolak menjadi makhluk bau karena tak mandi-mandi. Kerbau tak bisa membuat diri mereka tampak lebih cerdas dan sedikit intelek, karena insting telah membawa mereka ke dalam kubang lumpur. Lihat juga monyet, makan dengan rakus, grasa-grusu rebut sana dan sini, sambil teriak-teriak liar dan berlaku norak. Guru manapun tak akan sukses mendidik mereka agar bisa menampilkan sikap makan yang elegan. Binatang tak dapat dididik, hanya dapat dilatih, itupun karena sebuah motivasi tunggal, yaitu mendapat imbalan makan –penjelasan tentang ini dapat kawan baca kajian tentang psikologi kaum behaviorisme-.