“ROK MINI”

Selasa, 20 September 2011

| | | 0 komentar
Bukannya bermaksud genit-genitan dengan membahas-bahas rok mini disini, tapi memang itulah salah satu masalah yang sekarang ini sedang lebay-lebaynya. Gubernur Jakarta menghimbau agar wanita tak menggunakan rok mini, khususnya di atas angkot. Menurut sang gubernur, wanita dan rok mininya dapat mengundang kejahatan. Tak ada yang salah dengan logika sang Gubernur bahwa wanita yang memakai rok mini dapat memancing khayalan nakal orang-orang, di antara para pengkhayal itu, bukan tak mungkin ada lelaki nekat kurang iman yang cukup bernyali mewujudkan khayalannya.

“Uang dan Pengabdian”

Minggu, 18 September 2011

| | | 0 komentar

Adalah hak seorang Bripu Norman untuk terus jadi polisi atau tidak. Jika pada akhirnya sang Briptu memutuskan untuk tidak jadi polisi lagi, maka siapapun tak akan bisa mencegahnya, bahkan seorang Kapolri sekalipun. Berkas-berkas pengunduran diri yang ia ajukan akan berjalan sendirinya menuruti alur sistem, hingga –cepat atau lambat- keluarlah keputusan yang memang ia inginkan bahwa pengunduran dirinya diterima dan ia tak punya kewajiban apa-apa lagi dalam dinas kepolsian.

“SUDUT PANDANG”

Jumat, 16 September 2011

| | | 0 komentar
Diceritakan dalam novel Andrea Hirata bahwa Naomi adalah penjual kue Hok Lo Pan yang amat lezat. Beginilah gambaran Andrea tentang lezatnya kue bikinan Naomi itu; bisa bikin lupa mertua! Maka tidaklah mengherankan jikalau kue itu menjadi amat legendaris di kampung Andrea, sampai-sampai untuk menikmati kelezatannya harus rela antri di depan gerobak Naomi dan orang miskinpun mau memaksa diri untuk menabung dulu agar bisa beli itu kue.

Jikalau orang-orang menunjukkan kegilaan yang seperti itu terhadap kue bikian Naomi, bagaimanakah dengan Naomi sendiri?

“Pintar dan Bermoral”

Selasa, 13 September 2011

| | | 0 komentar
Menjadi pintar itu sangat penting, karena di dalam rumah kehidupan tak terdapat sedikitpun ruang peran untuk kebodohan . Jikalau tetap memaksa diri menjadi orang bodoh, maka konsekwensi yang harus ditanggung adalah, anda akan terusir dari rumah kehidupan, hidup menggelandang tak tentu arah, ada tapi tiada. Akan tetapi lebih penting lagi menjadi orang pintar yang bermoral. Ketika kepintaran dipandu dengan moralitas –akhlakul karimah- maka, ibarat matahari yang menerangi. Ketika kepada Rasul ditanyakan tentang manusia terbaik, maka beliau menjawab bahwa ia adalah orang yang bermanfaat bagi orang lain. Maka orang-orang yang memberikan manfaat bagi orang lain adalah orang-orang pintar dalam bidangnya sekaligus mereka yang bermoral baik. Orang-orang ini mendapat tempat terhormat dalam rumah kehidupan. Bagaimana kalau pintar tapi tak bermoral?