“Uang dan Pengabdian”

Minggu, 18 September 2011

| | |

Adalah hak seorang Bripu Norman untuk terus jadi polisi atau tidak. Jika pada akhirnya sang Briptu memutuskan untuk tidak jadi polisi lagi, maka siapapun tak akan bisa mencegahnya, bahkan seorang Kapolri sekalipun. Berkas-berkas pengunduran diri yang ia ajukan akan berjalan sendirinya menuruti alur sistem, hingga –cepat atau lambat- keluarlah keputusan yang memang ia inginkan bahwa pengunduran dirinya diterima dan ia tak punya kewajiban apa-apa lagi dalam dinas kepolsian.

Antara menjadi polisi yang professional atau artis yang professional adalah pilihan hitam dan putih, tidak bisa kedua-duanya, harus salah satu. Tentu tidaklah mungkin seorang polisi menyambi jadi artis atau artis yang nyambi jadi polisi, mau jada apa? Tampaknya Briptu Norman lebih memilih mejadi artis professional ketimbang menjadi seorang polisi yang professional. Hidup memang tentang pilihan-pilihan yang mesti diambil, dan Briptu Norman telah memilih dengan tegas mana profesi yang akan dijalaninya esok hari. Sampai disini kita salut tentang ketegasan Briptu Norman dalam memilih dan tentang  keberaniannya menantang resiko yang muncul dari pilihannya itu.

Namun ada satu hal yang perlu disadari oleh Briptu Norman termasuk oleh kita semua. Bahwa nilai sebuah profesi tidaklah terlihat dari berapa jumlah uang yang bisa dikumpulkan akan tetapi seberapa besar nilai pengabdian yang dapat disumbangkan melalui profesi tersebut. 

Manakah yang lebih besar nilai pengabdian menjadi seorang polisi atau menjadi seorang artis?

Di negara kita ini sudah banyak orang yang menjadi artis, bahkan terlalu banyak. Dalam sudut pandang pribadiku, sebagian besar mereka hanya membuat generasi bangsa menjadi tambah lebay dalam menghadapi realitas kehidupan. Sebagian artis menyanyikan lagu-lagu aneh yang hanya membuat orang-orang bertambah cengeng. Sebagian artis memainkan sinetron-sinetron absurd yang hanya membuat orang-orang bingung memisahkan antara ota dan realita. Sebagian artis terlibat dalam pembuatan film yang mengumbar-ngumbar hantu, syahwat dan kesesatan maka jadilah orang-orang menjadi penakut, berotak nudus dan bingung. Nah, jika berprofesi menjadi artis seperti yang demikian, nilai pengabdian apakah yang terkandung dalam profesi mereka itu?

Jika saja Briptu Norman akan menjadi artis yang seperti itu maka lebih baik baginya menjadi polisi saja, tentunya seorang polisi yang jujur dan tidak koruptif.

Memang sulit menolak profesi yang menawarkan segepok uang, namun bilamana profesi tersebut minim nilai pengabdian, bahkan cenderung merusak, maka tidak ada ruginya menolak. Uang memang penting, tapi manusia yang paling dihargai adalah bukan manusia yang paling banyak uangnya, tapi yang paling besar pengabdiannya.

0 komentar:

Posting Komentar

silahkan komentari tulisan ini