Adalah hak seorang Bripu Norman untuk terus jadi polisi atau
tidak. Jika pada akhirnya sang Briptu memutuskan untuk tidak jadi polisi lagi,
maka siapapun tak akan bisa mencegahnya, bahkan seorang Kapolri sekalipun.
Berkas-berkas pengunduran diri yang ia ajukan akan berjalan sendirinya menuruti
alur sistem, hingga –cepat atau lambat- keluarlah keputusan yang memang ia
inginkan bahwa pengunduran dirinya diterima dan ia tak punya kewajiban apa-apa
lagi dalam dinas kepolsian.
Antara menjadi polisi yang professional atau artis yang
professional adalah pilihan hitam dan putih, tidak bisa kedua-duanya, harus
salah satu. Tentu tidaklah mungkin seorang polisi menyambi jadi artis atau
artis yang nyambi jadi polisi, mau jada apa? Tampaknya Briptu Norman lebih
memilih mejadi artis professional ketimbang menjadi seorang polisi yang
professional. Hidup memang tentang pilihan-pilihan yang mesti diambil, dan
Briptu Norman telah memilih dengan tegas mana profesi yang akan dijalaninya
esok hari. Sampai disini kita salut tentang ketegasan Briptu Norman dalam
memilih dan tentang keberaniannya
menantang resiko yang muncul dari pilihannya itu.
Namun ada satu hal yang perlu disadari oleh Briptu Norman
termasuk oleh kita semua. Bahwa nilai sebuah profesi tidaklah terlihat dari
berapa jumlah uang yang bisa dikumpulkan akan tetapi seberapa besar nilai
pengabdian yang dapat disumbangkan melalui profesi tersebut.
Manakah yang lebih besar nilai pengabdian menjadi seorang
polisi atau menjadi seorang artis?
Di negara kita ini sudah banyak orang yang menjadi artis,
bahkan terlalu banyak. Dalam sudut pandang pribadiku, sebagian besar mereka
hanya membuat generasi bangsa menjadi tambah lebay dalam menghadapi realitas
kehidupan. Sebagian artis menyanyikan lagu-lagu aneh yang hanya membuat
orang-orang bertambah cengeng. Sebagian artis memainkan sinetron-sinetron
absurd yang hanya membuat orang-orang bingung memisahkan antara ota dan
realita. Sebagian artis terlibat dalam pembuatan film yang mengumbar-ngumbar
hantu, syahwat dan kesesatan maka jadilah orang-orang menjadi penakut, berotak nudus
dan bingung. Nah, jika berprofesi menjadi artis seperti yang demikian, nilai
pengabdian apakah yang terkandung dalam profesi mereka itu?
Jika saja Briptu Norman
akan menjadi artis yang seperti itu maka lebih baik baginya menjadi polisi
saja, tentunya seorang polisi yang jujur dan tidak koruptif.
Memang sulit menolak profesi yang menawarkan segepok uang,
namun bilamana profesi tersebut minim nilai pengabdian, bahkan cenderung
merusak, maka tidak ada ruginya menolak. Uang memang penting, tapi manusia yang
paling dihargai adalah bukan manusia yang paling banyak uangnya, tapi yang
paling besar pengabdiannya.
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan komentari tulisan ini