“Pintar dan Bermoral”

Selasa, 13 September 2011

| | |
Menjadi pintar itu sangat penting, karena di dalam rumah kehidupan tak terdapat sedikitpun ruang peran untuk kebodohan . Jikalau tetap memaksa diri menjadi orang bodoh, maka konsekwensi yang harus ditanggung adalah, anda akan terusir dari rumah kehidupan, hidup menggelandang tak tentu arah, ada tapi tiada. Akan tetapi lebih penting lagi menjadi orang pintar yang bermoral. Ketika kepintaran dipandu dengan moralitas –akhlakul karimah- maka, ibarat matahari yang menerangi. Ketika kepada Rasul ditanyakan tentang manusia terbaik, maka beliau menjawab bahwa ia adalah orang yang bermanfaat bagi orang lain. Maka orang-orang yang memberikan manfaat bagi orang lain adalah orang-orang pintar dalam bidangnya sekaligus mereka yang bermoral baik. Orang-orang ini mendapat tempat terhormat dalam rumah kehidupan. Bagaimana kalau pintar tapi tak bermoral? Tidaklah sulit menjawab pertanyaan ini. Lihatlah keadaan kita, lihatlah bangsa kita. Bangsa besar ini harus jalan dengan terseok-seok. Ini dan itu tak pernah terselesaikan dengan baik. Bukan karena tak ada yang bisa menyelesaikannya tapi karena terlalu banyak orang pintar yang tak tulus, dan pastinya tak bermoral. Jika dulu bangsa ini dihajar habis-habisan oleh penjajah Belanda dan Jepang, maka sekarang ini bangsa kita digerogoti secara rakus oleh anak-anaknya sendiri, putra-putrinya sendiri. Ternyata menjadi pintar tak bermoral lebih berbahaya daripada menjadi orang bodoh semata. Jikalau orang bodoh berada di luar rumah lalu sibuk dengan kebingungannya sendiri, maka orang pintar tak bermoral malah meruntuhkan rumah dan melego segala sesuatunya secara illegal, lalu kemudian lari bersembunyi ke rumah tetangga, dan membiarkan saudara-saudara kandungnya teraniaya sendirian. Melihat tingkah polah orang pintar tak bermoral yang seperti demikian itu, sesungguhnya mereka tak lebih baik dari orang-orang bodoh, bahkan lebih destruktif. Bacalah dengan menyebut nama Tuhan. Demikianlah perintah Tuhan dalam kitab suci agar kita menjadi manusia pintar yang bermoral. Aktivitas membaca adalah inti dari proses belajar, sementara belajar adalah aksi nyata untuk menjadi pintar. Zikir dengan menyebut nama Tuhan adalah aktivitas jiwa, dimana jiwa selalau berusaha berada dekat dengan Tuhan, dan itu adalah aksi nyata untuk menjadi orang-orang yang bermoral. Mari belajar, belajar tentang segala sesuatunya, belajar sambil terus mengingat Tuhan, agar kelak menjadi orang pintar dengan moralitas yang baik dan mulia.

0 komentar:

Posting Komentar

silahkan komentari tulisan ini