“BIASA DAN TAK BIASA”

Rabu, 08 Februari 2012

| | |


Ada hal biasa, ada pula yang tak biasa. Biasanya, hal-hal yang tak biasa disebut sebagai sesuatu yang luar biasa. Terkadang orang menyebutnya dengan istilah lain ; tak masuk akal. Sebenarnya, segala ketetapan Tuhan tentang laku perangai alam tiada yang tak masuk akal. Hanya saja terdapat prilaku alam yang belum sempat dikunyah logika, belum diketahui hakikatnya, maka orang mengatakannya sebagai sesuatu yang “tak masuk akal”. Fakta bahwa bumi bulat, tak masuk akal pada awalnya, tapi begitu logika bisa mencerna, maka hanya orang gila-lah yang masih mengatakan bahwa bumi ini datar seperti kue ulang tahun.  
 Adalah biasa, jika orang merasa nyaman terhadap urusan-urusan yang biasa. Akan tetapi, ketika menghadapi yang “tak biasa” atau “tak masuk akal”, maka orang-orang seringkali tergagap. Kita sudah terlanjur menganggap  hal-hal yang biasa terjadi sebagai sebuah hukum yang mutlak dan pasti, sama seperti halnya ketika kita meyakini kemutlakan hukum gravitasi. Sehingga, secara tak sadar kita menafikan hal di luar kebiasaan. Biasanya seorang teman selalu bersedia memberi bantuan, biasanya orang tua akan mengasihi anaknya, biasanya anak juga mengasihi orang tua, semua yang biasa-biasa itu sudah dianggap sebagai hukum mutlak yang mesti begitu adanya. Ketika terjadi hal yang sebaliknya, teman yang tak membantu, orang tua yang tak mengasihi, dan anak yang durhaka, maka kitapun kaget, tak percaya, sedih, frustasi, bahkan larut dalam ratapan penyesalan. Inilah bentuk kegagapan itu.

Segala yang tak biasa, harus dihadapi pula dengan sikap yang tak biasa pula. Ini berarti harus berdamai dengan kadaan,  yaitu dengan menyadari segala kemungkinan. Teman harusnya membantu, orang tua yang seharusnya menyayangi, anak yang seharusnya tak durhaka, itu semua hanyalah konsep ideal, bukan sebuah kemutlakan. Lalu apakah mungkin yang tidak ideal terjadi? Jawabannya: “Sangat mungkin!”. Sekali lagi, kemungkinan-kemungkinan seperti inilah yang harus disadari.

Bersikap secara tak biasa adalah dengan tidak meratapi segala yang kita pikir tak ideal, apalagi harus menyalahkan keadaan, atau bahkan harus menggugat dan mempertanyakan Tuhan. Sedih itu pasti, tapi biarlah air mata cukup sebagai tanda bahwa kita seorang manusia yang memang harus menangis untuk mengalirkan segala kesedihan keluar dari jiwa. Selanjutnya hidup harus dilalui dengan ketegaran, bersikap normal, penuh senyum, juga optimisme. Seperti yang dikatakan seorang yang bijak : ketika sebuah pintu 
kebahagiaan tertutup, maka ada banyak pintu lain yang bisa engkau masuki, janganlah terpaku pada pintu yang tertutup itu.

Dan inilah faktanya, bahwa manusia yang ditantang Tuhan untuk hidup dalam situasi yang tidak biasa, lalu ia menjawab tantangan itu, maka ia akan menjadi manusia luar biasa. Sejarah telah menunjukkan itu, orang-orang tak biasa adalah orang yang kuat untuk hidup dalam situasi yang tak biasa. Manusia-manusia seperti itu memang pantas mendapatkan tempat terhormat dalam pentas sejarah. Jika kawan bertanya “bagaimana mungkin perjuangan orang seperti saya masuk dalam buku sejarah?”. Maka, bukankah dicatat Tuhan sebagai manusia luar biasa sudah cukup lebih dari segala-galanya?

“sesungguhnya dibalik sebuah kesulitan ada banyak kemudahan” –Tuhan, Satu-satunya- terj.

0 komentar:

Posting Komentar

silahkan komentari tulisan ini