Sama seperti urusan lainnya, mengungkapkan dan menunjukkan
rasa sayang juga mesti cerdas. Sayang yang tak cerdas alih-alih akan
menghidupkan, malah akan menghancurkan bahkan sampai membunuh. Jika ini terjadi
tentu saja menjadi tragedi yang amat pahit, jauh lebih pahit dari rasa pahit pekat
Burcea Javanica.
Tentang urusan ini, agaknya orang dewasa sering tergelicir. Atas
nama sayang, orang-orang dewasa memperkenankan segala urusan yang diminta sang
anak. Lihatlah jalanan, kanak-kanak belum genap kelas enam esde-pun sudah
sangat terbiasa lalu lalang dengan kendaraan roda dua. Tak jarang pula anak
esde memboncengi bapak-ibunya. Kebanyakan orang tua pun tak lagi berpikir
panjang mempercayakan sepeda motor kepada sang anak. Bahkan, beberapa orang
papa nekat untuk mengakali peraturan agar anaknya bisa memeperoleh SIM lebih cepat. “Demi
anak, agar mudah pergi sekolah, demi mereka, karena kami sayang mereka”,
begitulah yang terlucur dari mulut orang-orang tua itu.
Seperti kata tadi; sayang yang tak cerdas bukannya memajukan,
malah akan membunuh. Mayoritas kecelakaan roda dua melibatkan anak-anak dan
remaja. Prihatin betul melihat gemilang masa muda harus berantakan dan usai
karena tragedi kecelakaan yang seharusnya tak pernah terjadi. Tidakkah kita
yang lebih tua ini merasa malu dan bersalah melihat fakta menyedihkan ini
menari-nari terkekeh, menertawakan kebodohan kita tentang kasih sayang.
Tragisnya ketika anak-anak yang di bawah umur itu di-tilang
polisi lalu lintas. Orang tua absurd itu masih-masih sempatnya membela di persidangan;
“dia terburu-buru pak hakim, makanya saya kasih pinjam itu sepeda motor…”.
Tak heran kalau pak hakim sampai naik darah dan menerapkan hukuman yang lebih
berat dari rata-rata orang kebanyakan. Orang tua absurd ini bukannya tersadar,
malah memasang wajah sinis.
Sesungguhnya kasih sayang adalah demi kehidupan dan kemajuan,
baik bagi yang menyayangi maupun yang disayangi; orang tua dan anaknya. Sayang
tidaklah selalu mengusahakan agar senyum selalu tersungging, terkadang malah
harus membuat air mata tertumpah. Air mata itu tentu saja air mata yang membuat
anak-anak muda itu bisa berpikir lebih lurus. Seumpama menempa besi, suatu saat
harus dicelup pada air yang lembut, pada saat yang lain harus dipukul sekuat
daya. Oleh karena itu, biarlah tangis lulung sang anak terdengar hingga
sela-sela awan cumulus, dari pada harus menuruti kehendak-kehendak yang tak
patut.
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan komentari tulisan ini