Punya
mobil pribadi? Kenapa tidak! Saat ini hampir semua orang ingin memilikinya. Hal
itu tidaklah mengherankan, mengingat banyak hal-hal asyik yang dapat dinikmati melalui
mobil pribadi. Tak perlu lagi menimbang-nimbang keadaan cuaca ketika hendak
bepergian, panas ataupun hujan, tak masalah. Belum lagi kapasitas isi yang
lebih banyak, tempat duduk yang lebih nyaman, AC, music, hingga video. Mana ada
kemewawan-kemewahan itu pada sebuah sepeda motor, apalagi pada becak ataupun
pedati.
Mengutip
Paolo Ceolho ; ketika anda mengimpikan sesuatu, maka seluruh alampun
berkonspirasi membantu anda mewujudkannya. Ketika seseorang bermimpi, maka alam
semesta mendukungnya. Bayangkan jikalau sekarang yang bermimpi tidak hanya satu
orang, tapi ada beberapa pihak yang punya mimpi yang sama, siapakah yang dapat
mencegah untuk terwujudnya mimpi itu? Tuhan? memang Tuhan mampu mengerjakan apa
yang Ia kehendaki, tapi Ia tak akan menyalahi janjiNya, bahwa siapa yang
berusaha, maka impiannya akan terwujud. Sekarang ini, semakin banyak orang yang
punya mobil. Itu karena tak hanya anggota masyarakat yang berani bermimpi untuk
punya mobi pribadi, tapi produsen juga bermimpi agar semakin banyak orang yang
punya mobil, lembaga-lembaga pembiayaan-pun punya mimpi serupa. Baik bagi
produsen ataupun lembaga-lembaga pembiayaan, impian mereka tentang lebih banyak
orang punya mobil punya makna tersendiri ; untung besar!, big money!
Akhirnya
jalanan tak kuat lagi menampung lebih banyak mobil. Rasio jumlah mobil dan
ketersediaan jalan sudah seimbang lagi. Akibatnya adalah bentuk macet yang
bising-kusut-masai bonus debu dan polusi. Kemacetan seperti ini, jika dilihat
atau dialami jam tujuh pagi, maka bisa membuat orang lupa tersenyum hingga
pukul setengah sebelas siang. Betul-betul sumber stress yang sempurna.
Dari
balik kemacetan yang berkelindan, tidak hanya raungan beribu klakson yang terdengar,
tapi juga ada banyak umpatan. Umpatan kepada pemerintah kenapa tak membangun
jalan yang lebih layak untuk menampung mobil-mobil pribadi yang tambah banyak
ini. Kasihan betul pemerintah, selalu jadi sasaran maki-maki rakyat tiap hari,
walaupun seringkali maki-maki itu memang terasa wajar untuk keluar. Tapi
sebelum melakukan maki-maki kepada pemerintah, atau khususnya kepada menteri
urusan jalan-raya itu, ada baiknya kita mempertanyakan sikap kita sendiri.
Tak
ada yang salah jika kita memutuskan membeli mobil pribadi, sepanjang uangnya
halal. Tapi adalah salah, jika menggunakan mobil dengan cara-cara yang tidak
proposional. Hanya bepergian sendirian tapi menggunakan mobil pribadi, tentu
saja gaya hidup yang kurang bijak. Bagaimana tidak, hanya untuk satu batang
badan, kita harus menghabiskan area paling sedikit enam meter persegi, terlalu
banyak bukan? Tak jarang kemacetan parah yang berkilometer panjanganya,
ternyata hanya melibatkan segelintir manusia, dimana jika mereka keluar dari
mobilnya dan berbaris rapi, tak lebih dari dua puluh meter panjang barisan itu.
Betul-betul rakus tempat kita-kita ini.
Ketika
ini tidak kunjung kita sadari, maka pemerintah terpaksa harus membangun lebih
banyak jalan, mungkin karena tak tahan mendengar teriakan kita, juga raungan
klakson mobil-mobil kita. Lebih banyak jalan, sama saja artinya dengan lebih
banyak ruang terbuka yang dirambah, lebih banyak semak yang dicerabuti, dan
lebih banyak lagi hutan yang akan ditebang. Rumput dan ilalang, dedaunan dan
embun, kerimbunan dan kesegaran, segera saja menjadi barang langka yang amat
mahal. Sesudah itu, kaum-kaum binatang semakin merana, sudah semakin sedikit
ruang untuk mereka, semakin sedikit pula sumber makanan mereka. Akhirnya bangsa
binantang yang tak berdaya itu hanya bisa menunggu untuk punah dalam
relung-relung yang semakin sempit dan menjempit, karena telah diambil manusia
untuk mobil-mobil mereka, pun hasrat mereka yang berlebihan akan tempat dan
ruang. Tragis…
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan komentari tulisan ini