Makhluk Rakus Ruang

Sabtu, 17 Desember 2011

| | |

Punya mobil pribadi? Kenapa tidak! Saat ini hampir semua orang ingin memilikinya. Hal itu tidaklah mengherankan, mengingat banyak hal-hal asyik yang dapat dinikmati melalui mobil pribadi. Tak perlu lagi menimbang-nimbang keadaan cuaca ketika hendak bepergian, panas ataupun hujan, tak masalah. Belum lagi kapasitas isi yang lebih banyak, tempat duduk yang lebih nyaman, AC, music, hingga video. Mana ada kemewawan-kemewahan itu pada sebuah sepeda motor, apalagi pada becak ataupun pedati.

Mengutip Paolo Ceolho ; ketika anda mengimpikan sesuatu, maka seluruh alampun berkonspirasi membantu anda mewujudkannya. Ketika seseorang bermimpi, maka alam semesta mendukungnya. Bayangkan jikalau sekarang yang bermimpi tidak hanya satu orang, tapi ada beberapa pihak yang punya mimpi yang sama, siapakah yang dapat mencegah untuk terwujudnya mimpi itu? Tuhan? memang Tuhan mampu mengerjakan apa yang Ia kehendaki, tapi Ia tak akan menyalahi janjiNya, bahwa siapa yang berusaha, maka impiannya akan terwujud. Sekarang ini, semakin banyak orang yang punya mobil. Itu karena tak hanya anggota masyarakat yang berani bermimpi untuk punya mobi pribadi, tapi produsen juga bermimpi agar semakin banyak orang yang punya mobil, lembaga-lembaga pembiayaan-pun punya mimpi serupa. Baik bagi produsen ataupun lembaga-lembaga pembiayaan, impian mereka tentang lebih banyak orang punya mobil punya makna tersendiri ; untung besar!, big money!
Akhirnya jalanan tak kuat lagi menampung lebih banyak mobil. Rasio jumlah mobil dan ketersediaan jalan sudah seimbang lagi. Akibatnya adalah bentuk macet yang bising-kusut-masai bonus debu dan polusi. Kemacetan seperti ini, jika dilihat atau dialami jam tujuh pagi, maka bisa membuat orang lupa tersenyum hingga pukul setengah sebelas siang. Betul-betul sumber stress yang sempurna.
Dari balik kemacetan yang berkelindan, tidak hanya raungan beribu klakson yang terdengar, tapi juga ada banyak umpatan. Umpatan kepada pemerintah kenapa tak membangun jalan yang lebih layak untuk menampung mobil-mobil pribadi yang tambah banyak ini. Kasihan betul pemerintah, selalu jadi sasaran maki-maki rakyat tiap hari, walaupun seringkali maki-maki itu memang terasa wajar untuk keluar. Tapi sebelum melakukan maki-maki kepada pemerintah, atau khususnya kepada menteri urusan jalan-raya itu, ada baiknya kita mempertanyakan sikap kita sendiri.
Tak ada yang salah jika kita memutuskan membeli mobil pribadi, sepanjang uangnya halal. Tapi adalah salah, jika menggunakan mobil dengan cara-cara yang tidak proposional. Hanya bepergian sendirian tapi menggunakan mobil pribadi, tentu saja gaya hidup yang kurang bijak. Bagaimana tidak, hanya untuk satu batang badan, kita harus menghabiskan area paling sedikit enam meter persegi, terlalu banyak bukan? Tak jarang kemacetan parah yang berkilometer panjanganya, ternyata hanya melibatkan segelintir manusia, dimana jika mereka keluar dari mobilnya dan berbaris rapi, tak lebih dari dua puluh meter panjang barisan itu. Betul-betul rakus tempat kita-kita ini.
Ketika ini tidak kunjung kita sadari, maka pemerintah terpaksa harus membangun lebih banyak jalan, mungkin karena tak tahan mendengar teriakan kita, juga raungan klakson mobil-mobil kita. Lebih banyak jalan, sama saja artinya dengan lebih banyak ruang terbuka yang dirambah, lebih banyak semak yang dicerabuti, dan lebih banyak lagi hutan yang akan ditebang. Rumput dan ilalang, dedaunan dan embun, kerimbunan dan kesegaran, segera saja menjadi barang langka yang amat mahal. Sesudah itu, kaum-kaum binatang semakin merana, sudah semakin sedikit ruang untuk mereka, semakin sedikit pula sumber makanan mereka. Akhirnya bangsa binantang yang tak berdaya itu hanya bisa menunggu untuk punah dalam relung-relung yang semakin sempit dan menjempit, karena telah diambil manusia untuk mobil-mobil mereka, pun hasrat mereka yang berlebihan akan tempat dan ruang. Tragis…


0 komentar:

Posting Komentar

silahkan komentari tulisan ini