Tidaklah
salah kalau orang-orang sangat mendambakan ketenangan dalam hidup mereka.
Ketenangan adalah sebuah kelezatan, dan setiap kelezatan adalah kemewahan.
Sementara itu, kegelisahan telah lama masuk daftar hitam kumpulan hal-hal yang
mesti dihindari mati-matian. Bolehlah dikatakan bagai madu dan racun,
ketenangan adalah madu dan kegelisahan adalah racun pahit yang dihindari
manusia.
Sembarut
kata-kata di atas, bisa jadi benar. Jika sesuatu bisa jadi benar, maka ia bisa
juga salah. Tergantung dari perspektif mana kita melihat.
Beberapa
orang tua, tenang-tenang saja melihat perangai anak kandungnya. Menurut mereka,
sang anak sudah memenuhi persyaratan sebagai anak shaleh idaman seluruh
bapak-ibu. Tak dinyana, sang anak tak lebih dari actor menjijikan yang bermuka dua. Di hadapan orang
tua mereka menjelma seperti kucing gadis yang manis dan manja-manja nakal, akan
tetapi dibelakang orang tua, mereka berlaku ibarat tikus busuk yang cinta
keburukan. Nah, menurut kawan pembaca, seperti apakah nilai ketenangan orang
tua kita yang malang ini? Menyedihkan sekali bukan?.
Suatu
ketika sang Bapak mulai bertanya ; apakah anak saya itu betul-betul orang baik?
Ya, ini sebuah pertanyaan yang gagah berani, karena dengan bertanya seperti
ini, sang Bapak harus keluar dari kelezatan hidupnya menuju sebuah kegelisahan.
Tepatnya kegelisahan yang berwujud rasa penasaran tentang sebuah jawaban. Sang
ibu yang takut, sampai-sampai berkata ; ah Bapak, anak kita kan orang baik, masa
curiga begitu!
Pendek
kata, akhirnya terungkap bahwa si anak tak lebih dari begundal yang munafik
pada kedua orang tuanya. Ketenangan kedua orang tua yang selama ini menjadi
kelezatan yang mereka nikmati saban hari, hilang begitu saja. Pada saat itu
terjadi, kedua orang tua yang malang langsung merasa seperti seekor keledai,
merasa bodoh. Kenangan tentang ketenangan yang selama ini mereka nikmati
berubah menjadi setan usil yang setiap saat terkekeh-kekeh menertawakan
kebodohan mereka.
Walau
ketenangan itu sudah hilang, tapi ini lebih baik.
Untuk
kita yang masih bernafas hingga saat ini, untuk kita yang merasa sudah tenang
dengan hidup yang sekarang, untuk kita yang merasa sudah cukup bahagia dengan
keadaan, ada baiknya bertanya, apakah hidup ini telah benar?
Adalah betul bahwa pertanyaan itu dan usaha untuk mencari jawabannya akan
berbuah kegelisahan, akan tetapi lebih baik untuk tahu secepatnya. Jika saja
hidup selama ini adalah sebuah kekonyolan yang tak berarti, maka walau merasa
bodoh telah menjalani hidup secara konyol, masih ada waktu untuk memperbaiki
segalanya. Itu lebih baik dibandingkan ketika kita sudah terlanjur mati, maka
tak ada yang lebih menderita dibandingkan dengan penyesalan orang-orang mati,
karena tak ada sedikitpun celah untuk memperbaiki.
Namun,
jika ternyata hidup yang dijalani memang sudah benar, maka itu sangat baik,
karena kita akan merasa lebih bangga dan yakin akan jalan hidup yang telah
dipilih. Hidup dengan penuh kebanggaan dan keyakinan adalah hidup ranking satu.
Bertanyalah
walau akan gelisah. Lebih baik hidup gelisah dalam mencari kebenaran daripada
hidup tenang dalam kebodohan. Lebih elok hidup dengan keyakinan dari pada hidup
apa adanya. Memang itu semua akan membuat otak lebih sibuk dan raga lebih
lelah. Akan tetapi, bukankah orang bijak berkata ; pikiran yang sibuk adalah
pikiran yang berbahagia, tubuh yang sibuk adalah tubuh yang berbahagia…
Selamat
bertanya dan menjadi gelisah!
Padang,
26 Oktober 2011, sore ketika hujan dari tengah hari belum sepenuhnya reda.
Tulisan pertama setelah dua minggu tak menulis apa-apa.
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan komentari tulisan ini