“Sekali ini, bertanyalah tentang hidup”

Rabu, 26 Oktober 2011

| | |

Tidaklah salah kalau orang-orang sangat mendambakan ketenangan dalam hidup mereka. Ketenangan adalah sebuah kelezatan, dan setiap kelezatan adalah kemewahan. Sementara itu, kegelisahan telah lama masuk daftar hitam kumpulan hal-hal yang mesti dihindari mati-matian. Bolehlah dikatakan bagai madu dan racun, ketenangan adalah madu dan kegelisahan adalah racun pahit yang dihindari manusia.

Sembarut kata-kata di atas, bisa jadi benar. Jika sesuatu bisa jadi benar, maka ia bisa juga salah. Tergantung dari perspektif mana kita melihat.
 
Beberapa orang tua, tenang-tenang saja melihat perangai anak kandungnya. Menurut mereka, sang anak sudah memenuhi persyaratan sebagai anak shaleh idaman seluruh bapak-ibu. Tak dinyana, sang anak tak lebih dari actor  menjijikan yang bermuka dua. Di hadapan orang tua mereka menjelma seperti kucing gadis yang manis dan manja-manja nakal, akan tetapi dibelakang orang tua, mereka berlaku ibarat tikus busuk yang cinta keburukan. Nah, menurut kawan pembaca, seperti apakah nilai ketenangan orang tua kita yang malang ini? Menyedihkan sekali bukan?.

Suatu ketika sang Bapak mulai bertanya ; apakah anak saya itu betul-betul orang baik? Ya, ini sebuah pertanyaan yang gagah berani, karena dengan bertanya seperti ini, sang Bapak harus keluar dari kelezatan hidupnya menuju sebuah kegelisahan. Tepatnya kegelisahan yang berwujud rasa penasaran tentang sebuah jawaban. Sang ibu yang takut, sampai-sampai berkata ; ah Bapak, anak kita kan orang baik, masa curiga begitu!

Pendek kata, akhirnya terungkap bahwa si anak tak lebih dari begundal yang munafik pada kedua orang tuanya. Ketenangan kedua orang tua yang selama ini menjadi kelezatan yang mereka nikmati saban hari, hilang begitu saja. Pada saat itu terjadi, kedua orang tua yang malang langsung merasa seperti seekor keledai, merasa bodoh. Kenangan tentang ketenangan yang selama ini mereka nikmati berubah menjadi setan usil yang setiap saat terkekeh-kekeh menertawakan kebodohan mereka.

Walau ketenangan itu sudah hilang, tapi ini lebih baik.

Untuk kita yang masih bernafas hingga saat ini, untuk kita yang merasa sudah tenang dengan hidup yang sekarang, untuk kita yang merasa sudah cukup bahagia dengan keadaan, ada baiknya bertanya, apakah hidup ini telah benar? Adalah betul bahwa pertanyaan itu dan usaha untuk mencari jawabannya akan berbuah kegelisahan, akan tetapi lebih baik untuk tahu secepatnya. Jika saja hidup selama ini adalah sebuah kekonyolan yang tak berarti, maka walau merasa bodoh telah menjalani hidup secara konyol, masih ada waktu untuk memperbaiki segalanya. Itu lebih baik dibandingkan ketika kita sudah terlanjur mati, maka tak ada yang lebih menderita dibandingkan dengan penyesalan orang-orang mati, karena tak ada sedikitpun celah untuk memperbaiki.

Namun, jika ternyata hidup yang dijalani memang sudah benar, maka itu sangat baik, karena kita akan merasa lebih bangga dan yakin akan jalan hidup yang telah dipilih. Hidup dengan penuh kebanggaan dan keyakinan adalah hidup ranking satu.

Bertanyalah walau akan gelisah. Lebih baik hidup gelisah dalam mencari kebenaran daripada hidup tenang dalam kebodohan. Lebih elok hidup dengan keyakinan dari pada hidup apa adanya. Memang itu semua akan membuat otak lebih sibuk dan raga lebih lelah. Akan tetapi, bukankah orang bijak berkata ; pikiran yang sibuk adalah pikiran yang berbahagia, tubuh yang sibuk adalah tubuh yang berbahagia…

Selamat bertanya dan menjadi gelisah!

Padang, 26 Oktober 2011, sore ketika hujan dari tengah hari belum sepenuhnya reda. Tulisan pertama setelah dua minggu tak menulis apa-apa.



0 komentar:

Posting Komentar

silahkan komentari tulisan ini