Laku Kesombongan

Minggu, 21 Agustus 2011

| | |
“ Saya lebih baik darinya!”

Itulah alasan Iblis ketika Tuhan menanyakan kenapa ia tak mau diperintahkan untuk “sujud” kepada Adam. Sangat jelas dan tanpa basa-basi alasan tersebut. Lebih dari itu, selain terlihat seperti ikrar kesombongan, alasan iblis tersebut adalah deklarasi pembangkangan yang amat nyata. Iblis tak pernah peduli terhadap fakta bahwa Adam adalah sosok makhluk yang telah dipersiapkan menjadi khalifah, lengkap dengan segala keistimewaan yang ia miliki. Iblis telah terlanjur nekat mengambil langkah dramatis dalam riwayat hidupnya; menantang Tuhan!


Kisah tentang pembangkangan iblis termasuk pada kisah pertama dari begitu banyak kisah laku kehidupan yang ada dalam al Quran. Maka, demi menghayati kisah tersebut, inilah fakta yang akhirnya kita temukan ; kisah pertama menceritakan pembangkangan pertama, dan pembangkangan itu lahir dari sebersit kesombongan.

Sepertinya Tuhan secara tersirat hendak berpesan kepada kita, bahwa tantangan pertama untuk menjalani hidup sesuai dengan aturanNya adalah menaklukan kesombongan. Kebaradaan Iblis di sorga telah cukup menandakan bahwa ia adalah makhluk protagonist yang mulia, karena tak mungkin para antagonis yang durjana punya kesempatan menikmati sorga. Akan tetapi, pada hari itu, ketika turun perintah untuk “sujud”, ia tak mampu menaklukan egonya. Alhasil, secara sangat dramatis kehidupan iblis berubah saat itu juga, dari makhluk mulia menjadi makhluk terkutuk yang terusir dengan hina.

Menolak kebenaran dan meremehkan orang lain, itulah inti kesombongan sebagaimana yang disabdakan Rasul. Sulit memisahkan keduanya, orang menolak kebenaran karena ketika ia meremehkan sumber-sumber kebenaran yang ia anggap tak lebih baik dari dirinya. Sombong adalah ketika si tua merasa lebih punya pengalaman hidup, maka ia menolak nasehat yang datang dari mulut seorang anak kecil. Sombong adalah ketika si kaya merasa lebih baik, maka tak ada apa-apanya perkataan orang miskin. Kesombongan adalah ketika sang guru merasa lebih pintar, maka tak ada gunanya mendengar nasehat sang murid atau ketika si shaleh merasa lebih baik, maka ia mengabaikan kebenaran yang muncul dari orang-orang yang dianggap tak lebih baik. Begitulah seterusnya, kesombongan lahir dari penolakan terhadap kebenaran karena merasa diri lebih baik dan meremahkan orang lain. Padahal, kebenaran dapat datang dari mana saja.

Agama adalah tentang kebenaran, maka ia tak mungkin bisa hidup dalam jiwa seorang yang sombong. Jikasaja orang itu terlihat shalat dan mengaji, maka tak lebih dari atribut-atribut ritual yang hanya akan semakin melambungkan kesombongannya. Orang bijak berkata ; ketika manusia merasa lebih baik dari orang lain, pada saat itu dimulailah hitungan mundur kehancurannya!

0 komentar:

Posting Komentar

silahkan komentari tulisan ini