“DI ATAS TANAH INDONESIA RAPUH DAN RINGKIH”

Jumat, 12 Agustus 2011

| | |
Waktu kecil dahulu, para guru kerap menceritakan bahwa negera ini adalah negara dengan sumber daya melimpah, ada emas dan perak, gas dan minyak, rimba belantara, hasil bumi dan laut yang tak terhitung jumlahnya. Cerita tentang kelebihan negera ini tak berhenti sampai di sana, guru juga menceritakan bahwa negera ini terletak pada pososi yang strategis, aku masih ingat betul istilahnya “diapit dua benua dan dua samudera”, bukan main strategisnya. Jika negara ini adalah toko, maka ia adalah toko serba ada yang terletak di keramaian.


Oleh karena itu, logika yang paling lemah sekalipun pasti setuju jika negera ini seharusnya adalah negara kaya, dimana penduduknya hidup sejahtera. Tak seharusnya apa yang kita lihat sekarang ini, untuk sekolah susah bukan main. Tak seharusnya terjadi apa yang kita saksikan akhir-akhir ini, sakit berarti bangkrut. Jika dulu orang-orang membeli baju bekas untuk berpakaian atau kendaraan bekas untuk bepergian, maka sekarang ini, orang makan makanan bekas yang terbuang untuk mengisi perut. Buk guru, mana negera kita yang kaya dan berposisi strategis itu?

Dan inilah faktanya ; negara ini bising bukan main. Bising bukan karena ada sekumpulan orang pintar yang tengah berdebat tentang bagaimana seharusnya pesawat canggih dibuat, tetapi bising karena dimana-mana orang berteriak ; ada maling! Sementara malingnya juga ikut berteriak serupa. Seperti itu saban hari. Maka tak heran, jikalau menonton siaran berita, hampir tak ada berita positif, dari pagi hingga larut malam, si presenter yang cantik selalu berbicara tentang maling, maling, dan maling. Hanyasaja kata “maling” itu telah diperhalus sedemikian rupa, mungkin agar tak berat lidah mengucapkannya, atau terlalu segan karena malingnya adalah orang berijazah tinggi yang sangat jauh beda kelas dengan maling jemuran yang tak tamat SD.

Ternyata pangkal masalahnya adalah terkikisnya kejujuran dari diri kita semua. Jika kita berbohong, entah itu iseng atau serius, maka tak ada bedanya kita dengan mereka, orang-orang yang dikatai sebagai maling alias koruptor itu, yaitu sama-sama tak jujur, tetapi dengan kadar yang agak berbeda. Adalah yang paling ditakutkan jika kebohongan-kebohongan kecil lama-lama menjadi kebohongan besar hingga sampai menjadikan negara yang seharusnya kaya ini menjadi tambah bangkrut. Bukankah orang bilang “sedikit demi sedikit lama menjadi bukit?” dan celakanya bukit kebohongan itu tumbuh di atas tanah Indonesia yang telah terlanjur rapuh dan ringkih. Jika bukit kebohongan itu terlanjur ada, maka ambrollah semuanya kebawah ke dasar bumi, pada saat itu terjadi kita semua pasti makan tanah, tak lagi makan nasi.

Maka, ada baiknya kita berharap, bahwa Ramadhan ini kita bisa berhenti melakukan kebohongan-kebohongan, walaupun kecil dan tak ngaruh. Berat memang, tapi bukannya tak bisa. Dunia tiada henti menggoda, manusia lemah tak terkira, tapi setidaknya kita punya kesadaran dan ada banyak masjid yang dapat terus menjaga kita untuk tetap sadar dan terjaga. Tentunya jika kita mau.
Mau?

0 komentar:

Posting Komentar

silahkan komentari tulisan ini