“… karena durian tak mungkin berbuah nangka”

Selasa, 26 Juli 2011

| | |
“Kenapa kaki Ayah tu?”
“Luka dan berdarah”
“Belalah kaki ayah…, cepat sembuh ya Yah…”

Itulah sepenggal dialog antara aku dan putri kecilku yang baru lewat dua tahun pada Sabtu pagi akhir pekan lampau. Seperti biasa, si kecil selalu menunjukkan ketertarikan dan tanda tanya akan suatu hal dan seperti biasa pula, aku selalu berusaha sebaik mungkin meladeni ketertarikannya itu. Aku ingat betul ketika seperti pertama kalinya ia bertanya tentang apa, siapa dan bagaimana, waktu itu aku sangat takjub dan senang. Tapi seiring perjalanan waktu, pertanyaan-pertanyaan si kecil sudah menjadi hal biasa bagiku, dan aku –sama seperti orang tua lainnya- selalu menjawab sabar dengan memberikan jawaban yang logis, dan tak lupa menyederhanakan jawaban itu. Namun pagi ini dialog kami sangat menarik bagiku, tentang si kecil yang tak hanya bercerita dan bertanya, tapi juga memberikan semangat ; “cepat sembuh ya Yah..”


Jika ditanya, bagaimana perasaanku mendengar semangat yang diberikannya, maka agak sulit menjelaskannya. Kata-katanya itu seperti langsung kena di hati, membesarkan jiwa, menguatkan perasaan, dan endingnya sudah pasti; memberikan efek kesembuhan yang tak biasa pada luka kecil di ujung jari itu. Namun pertanyaan intinya adalah; bagaimana bisa anak sekecil ini memberi semangat seperti itu?

Okeh, aku menemukan jawabannya

Sejak awal pekan si kecil terserang demam, suhu tubuhnya cukup tinggi waktu itu, 38,6. Setelah berobat, turun dan naik, hingga akhirnya sembuh sama sekali dalam tiga hari. Waktu itu, kami tak hanya memberikan obat, tapi juga semangat yang berulang-ulang; cepat sembuh ya Key. Pasti kalimat itulah yang disimpannya dan ia keluarkan lagi untuk aku yang tengah terluka; “cepat sembuh ya Yah..”

@@@

Bahwa salah satu laku kehidupan adalah manusia menerima apa yang ia berikan. Sederhana itu saja. Kita tak bisa berharap untuk menerima sesuatu jika tiada memberi sesuatu. Kita tak perlu cemas tak akan menerima apa-apa jika telah memberi. Tahukah apa yang didapat Panglima Thariq setelah ia membakar kapal-kapal dan meletekakkan spririt perjuangan pada dada para pasukannya? Ya, ia mendapatkan loyalitas dan semangat para pasukannya, hingga dunia mencatatnya sebagai Muslim yang mambebaskan tanah Spanyol hingga nyaris ke daratan Prancis sana.

Jika menemukan keadaan bahwa orang-orang begitu sayang, maka itu bukan tanpa sebab, pasti engkau telah menyemaikan bibit yang menumbuhkan kasih sayang itu. Sebaliknya, jika menemukan orang-orang cenderung berlaku tak seperti yang diharapkan, maka sudah saatnya berpikir, apa yang telah dilakukan kemarin hari. Cinta akan berbuah cinta, sementara itu benci ataupun kemunafikan akan menelurkan kemarahan dan kepalsuan, karena durian tak mungkin berbuah nangka. Sudah begitu aturan Tuhan; aksi dan reaksi.

Jika hidup adalah seperti yang dibicarakan di atas, dan tampaknya memang seperti itu, maka marilah memberi, lalu kita boleh menunggu apa yang akan diberikan Tuhan melalui kehidupan. Bagaimanapun juga si pemberi akan selalu lebih mulia dan beruntung dari si penerima, karena beginilah pesan Nabi : yad al ulya khair min yad al sulfa…

0 komentar:

Posting Komentar

silahkan komentari tulisan ini