“Selamat Merindu…”

Minggu, 24 April 2011

| | |
Siapa yang tak kenal Alexender Agung. Ia adalah raja besar dari masa lalu yang memaksa dunia untuk tidak melupakan namanya hingga sekarang. Orang-orang terus membicarakannya, seolah ia masih hidup, atau setidaknya seolah ia baru saja mangkat kemarin sore. Sejak mulai melangkah sekitar 334 SM bersama pasukannya keluar dari Makedonia di Yunani sana, ia tak terhentikan, unstopable. Kerajaan-kerajaan besar yang menjadi pusat peradaban dunia pada waktu itu takluk dibawah kekuatannya. Mesir menjadi saksi bagaimana keperkasaan seorang Alexander. Sampai sekarang tiada yang berani berpikir untuk menukar nama kota Alexandria (Iskandariyya) dengan nama yang lain, karena orang-orang kagum dan segan berat terhadap sosoknya. Lebih dari itu, ia diakui di Mesir sebagai seorang Firaun. Siapakah sebelumnya orang asing yang diangkat menjadi Firaun?
Selanjutnya kerajaan besar Persia, adiluhung peradaban saat itu. Raja Darius akhirnya tak kuasa menahan tekanan Alexander Agung. Babilonia, kota ter-wah saat itu menjadi saksi bagaimana seorang Alexander Agung masuk sebagai seorang pemenang dan penakluk, dan tentu saja ia bukan penakluk biasa karena ia datang dari jauh setelah sebelumnya menguras tenaga berjalan kaki dan bertempur menaklukkan Mesir. Taman Gantung yang terkenal akhirnya jatuh ke tangan seorang Alexander Agung..

Setelah Persia, murid kesayangan Aristoteles ini berhasil menaklukkan India. Penaklukkan India terjadi setelah sembilan tahun ia berangkat keluar dari Makedonia bersama pasukannya. Seharusnya setelah menaklukan India, Alexander Agung dapat terus melanjutkan pengembaraannya, tapi sesuatu membuat mereka terhenti disana. Pasukan Alekxander Agung memutuskan balik kanan, alias pulang.


Rindu. Ya anggota pasukan Alexander Agung berhenti karena rindu. Rindu pada tanah Makedonia yang menjadi kampung halaman mereka. Rindu pada keluarga. Wajar saja, sudah sembilan tahun lamanya mereka di medan perang. Mereka memohon untuk pulang. Jika saja terhentinya pengembaraan pasukan Alexander Agung itu adalah sebuah kekalahan, maka mereka dikalahkan oleh rasa rindu, bukan oleh musuh di medan perang.
Seribu tiga ratus tahun lebih setelah Alexander Agung mangkat, muncul panglima hebat lain.

Saladdin, seorang panglima yang disegani lawan dan kawan. Pada saat ia mulai memimpin pada 1169, sudah 88 tahun lamanya pasukan salib merebut Palestina dari tangan kaum muslimin. Pada saat itu, masa-masa indah kaum muslimin di Palestina tak lebih dari sekedar kenangan masa lalu. Palestina tak ubahnya rumah tuo yang dikuasai orang, maka Palestina identik dengan air mata dan kesedihan, Palestina adalah sebuah kerinduan yang menyayat hati.


Delapan belas tahun setelah Saladdin memimpin, tepatnya pada 1187, setelah menunjukkan perjuangan yang luar biasa dan mengagumkan, ia kembali merebuat Palestina dari tangan kaum salib. Orang-orang muslim kembali ke rumah mereka dengan suka cinta, kerinduan 88 tahun usai sudah. Maka, sesungguhnya kemenangan Saladdin bersumber dari beberapa kekuatan salah satu yang terbesar yaitu rasa rindu. Kerinduan telah mengantarkan mereka untuk menang.
*#*
Panggung sejarah telah menceritakan betapa rasa rindu adalah bagai pisau bermata dua. Rasa rindu bisa membuat orang dikalahkan, sama seperti pasukan Alexander Agung yang dikalahkan rasa rindu. Kita mungkin pernah berada pada situasi ini, rasa rindu telah membuat kita tidak tahan untuk berjuang hingga memilih untuk mundur dan kembali pulang. Sementara itu pasukan Saladdin adalah contoh bagaimana rasa rindu dapat memberi kekuatan untuk melakukan sesuatu yang pada awalnya mustahil untuk dilakukan. Pejuang Indonesia rindu akan kebebasan, bambu runcing mereka menjadi tak kalah mematikan ketimbang tank-tank Belanda. Pada akhirnya, bambu runcing yang tumbuh dibelakang rumahlah yang menjadi pemenang, sementara senjata-senjata canggih buatan pabrik harus menerima kenyataan bahwa mereka adalah pecundang.


Rasa rindu adalah sebuah keniscayaan seorang manusia, aturlah ia agar menjadi kekuatan dan tidak melemahkan. Maka sebaik rasa rindu adalah rindu pada cita-cita dan mimpi. Selamat merindu…




0 komentar:

Posting Komentar

silahkan komentari tulisan ini