AIR UNTUK ORANG-ORANG DAHAGA

Selasa, 19 April 2011

| | |

Dulu sekali, sekitar 1500 tahun sebelum masehi, bangsa Hittit –entah bagaimana awalnya- menemukan cara untuk mengolah bijih besi menjadi berbagai perkakas dan senjata. Maka, bangsa dari daerah Anatolia itu mencatatkan diri mereka dalam kitab sejarah sebagai bangsa yang memulai sebuah perubahan besar, dimana era perunggu berganti dengan zaman besi. Sebuah rekor baru.
Sayangnya Bangsa Hittit agak pelit dalam urusan olah mengolah bijih besi ini. Mereka tak rela membagi pengetahuan pandai besinya kepada bangsa lain. Bagi mereka, pengetahuan pengolahan bijih besi seumpama nyawa, hanya satu dan tak bisa dibagi-bagi dengan murah hati kepada para tetangga. Bangsa Hittit sukses menutupi pengetahuan itu hingga hampir tiga ratus tahun lamanya.
Dengan teknologi perkakas dan senjata besinya, bangsa Hittit meneguhkan dominasinya atas bangsa lain, baik secara ekonomi apalagi militer. Pedang-pedang besi anak-anak Anatolia itu tentu saja lebih berkelas dari pada senjata perunggu lawan-lawan mereka. Bangsa Hittit menjadi yang terkuat, seumpama sabana Afrika, mereka adalah singa sang predator utama sedangkan bangsa-bangsa lain tak lebih dari rusa-rusa yang lemah. Disini tersaji sebuah fakta yang tak terbantahkan, bahwa sejak dulu kala, para pemenang adalah selalu orang-orang yang memiliki ilmu dan pengetahuan.

Tapi itulah, semakin lama Bangsa Hittit menutupi pengetahuan mereka, semakin besar pula rasa penasaran bangsa lain atas pengetahuan itu. Rasa penasaran inilah yang membuat bangsa-bangsa lain betah berlama-lama terlibat peperangan dengan bangsa Hittit, walaupun senjata perunggu mereka kalah jauh dari senjata besi orang-orang Hitttit. Diganggu terus oleh sekelompok orang-orang penasaran, akhirnya Bangsa Hittit takluk jua. Setelah hampir tiga abad semenjak ditemukan, pengetahuan tentang teknik pengolahan besi akhirnya menyebar ke seantero negeri.
*#*
Sesungguhnya ilmu pengetahuan dan rasa penasaran adalah dua sejoli yang telah ditakdirkan Tuhan untuk saling berjodoh. Bagaimanapun engkau memisahkannya, satu di Timur dan yang lainnya di Barat, di antara Timur dan Barat ada pula tujuh lautan dan tujuh benua, maka si “penasaran” pada akhirnya tetap bersua dengan kekasihnya ; ilmu pengetahuan. Itulah sunnah Tuhan yang dilupakan bangsa Hittit. Pada akhirnya bangsa Hittit tak berdaya untuk menutupi lebih lama. Sekali lagi alam telah menunjukkan tabiatnya, bahwa ilmu dan pengetahuan adalah harga mati dari sebuah rasa penasaran Jangan pernah remehkan orang-orang yang penasaran apalagi yang mati penasaran, he he he.
Berkaca pada bangsa Hittit,  menutup-nutupi ilmu pengetahuan adalah perbuatan yang amat sia-sia. Kita bisa saja mencegah orang-orang untuk lebih tahu dari kita, akan tetapi itu tak akan bertahan lama, karena bagaimanapun jua, rasa penasaran akan memenuhi takdirnya, yaitu menemukan jawaban. Apakah yang membuat bangsa Hittit merasa berhak untuk menutupi kepandaian mereka, sementera apa yang mereka ketahui sesungguhnya adalah amanat Tuhan yang harus disebar luaskan?
Segala sesuatunya sudah lengkap, Tuhan telah menciptakan ilmu pengetahuan dan rasa penasaran. Rasa penasaran bagaikan dahaga sedangkan ilmu dan pengetahuan adalah air. Maka terpujilah orang-orang yang memberi air pada manusia-manusia yang tengah diserang dahaga. Sangatlah tidak manusiawi menahan air dari orang-orang dahaga, dan sejarah telah menceritakan bahwa orang-orang tak manusiawi pasti mempunyai akhir tragis yang memilukan. Mari berbagi ilmu, mari berbagi pengetahuan, mari berbagi pemahaman. Sungguh terpuji!.
Siapa yang menyembunyikan ilmu, Tuhan akan merajamnya dengan rajaman yang terbuat dari api neraka (Baginda Muhammad SAW)

0 komentar:

Posting Komentar

silahkan komentari tulisan ini